Rabu, 26 Agustus 2009

Mencintai dengan Sempurna

Kotasantri.com Penulis : agus triningsih


Malam menjelang tidur, kembali sebuah SMS dari seorang sahabat membuatku merenung.

"Kita hidup bukanlah mencari seseorang yang sempurna untuk kita cintai, namun kita belajar untuk mencintai orang yang tidak sempurna dengan sempurna."

Kalimat yang begitu sederhana, tapi tidak sesederhana maknanya. Ku eja setiap kata-katanya dengan perlahan, lalu ku coba untuk memahami maknanya. Dan, ada tetes-tetes yang tak terbendung dari tiap sudut mataku. Entah, oleh sebab apa aku harus menangis seketika itu.
Yang pasti, aku merasakan tamparan keras pada hatiku.

Hingga kini, aku tetap menyakini bahwa segala sesuatu terjadi pasti dengan izinNya, dan BUKAN tanpa maksud.

Kali ini Allah mengajariku satu hal melalui seorang teman, lewat SMS-nya tadi. Bukan tanpa sebab Allah menggerakkan jari ukhti-ku itu untuk mengirimkan SMS tersebut. Ia mengirim tanpa ada obrolan apa pun tentang tema itu sebelumnya. Tidak satu jam yang lalu, tidak satu hari yang lalu, tidak satu minggu yang lalu, tidak pula satu tahun yang lalu.

Ketika di tanya mengapa ia mengirimkannya untuk saya, hanya satu kalimat sederhana yang diungkapkan olehnya, ”Ketika saya membacanya dari sebuah web muslim, saya langsung teringat ukhti. Saya kutip dan saya simpan dalam draft SMS. Dan malam ini, saya SMS-kan hanya ke satu nomor tujuan.”

”Just it.”

Percayakah Anda?

Malam itu, sebelum menerima SMS darinya, saya sedang asyik dan serius membuat konsep rumah tangga yang ideal untuk saya di masa depan. Paling tidak, untuk 3 tahun pertama di kehidupan kami ke depan. Saya mencoba membuat planing-planing ke depan. Bagaimana saya, suami saya, keluarga besar kami, konsep pendidikan anak-anak, aktifitas saya berikutnya, dan bla.. bla.. bla.. Ya, saya sedang belajar bermimpi, dan lalu berikhtiar semaksimal mungkin untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu.

Saya merencanakannya sendiri, tanpa calon suami saya. Mengapa? Karena sampai kini ”dia” masih abstrak dan masih menjadi misteri bagi saya. Mungkin bagi Anda, saya melakukan hal yang sia-sia? Atau mungkin lucu? Atau hanya membuang waktu saja? Tapi bagi saya, tidak! Kehidupan sangat penting untuk direncanakan, jauh hari sebelumnya, karena perencanaan adalah bagian dari kesuksesan. Bukankah begitu? Dan malam itu, Allah langsung menegur saya lewat sebuah SMS.

Anda tahu kenapa?

Karena saya mengharapkan kesempurnaan atas segala sesuatunya. Termasuk atas seseorang yang akan saya cintai di kemudian hari. Saat itu, saya membuang jauh "ketidaksempurnaan". Meski saya sadar sepenuhnya, memang kita tidak akan menemukan mahlukNya yang sempurna.

Malam itu juga, Allah mengingatkan saya pada ketiga laki-laki shaleh yang luar biasa. Mereka TIDAK SEMPURNA secara fisik, tapi akhlak, keshalehan, dan perjuangan hidupnya membuat setiap orang berdecak kagum atasnya. Mereka adalah orang-orang yang dekat dengan saya. Teman sekaligus abang bagi saya. Saudara seiman yang sangat layak untuk ditauladani bagi saya dan siapa pun juga.

Bukankah mereka layak untuk mendapatkan istri yang sempurna? Jika kemudian satu dari sekian juta lelaki shaleh datang dan berniat untuk menggenapkan separuh agamanya. Tentu sangat tidak adil jika saya menolaknya hanya karena fisiknya yang TAK sempurna. Tapi menerimanya juga bukan perkara yang mudah. Butuh keberanian, butuh kesabaran, butuh kekuatan hati dan jiwa. Dan hanya wanita-wanita ”hebat ” yang sanggup dan Allah pilih khusus untuknya.

Dan Allah menegur saya untuk mulai belajar memahami, untuk bisa menyiapkan hati manakala kondisi itu dihadapkan pada saya. Saya juga harus berani membuat planing-planing alternatif sesuai kondisional dan kapabilitas mereka.

Saya yakin, setiap kita memahami bahwa Allah menilai kita bukan karena penampilan luarnya, tapi Allah menilai pada hati kita. Sekali lagi, tidak seharusnya fisik menjadi takaran bagi kita. Tapi setiap kita masih harus belajar ikhlas untuk menerima ketidaksempurnaan. Belajar! Ya, belajar.

Teringat salah seorang jama'ah pengajian Aa Gym. Jika tidak salah namanya ”Ato”. Beliau adalah seorang yang cacat fisik. Bahkan ia mengalami kesulitan berkomunikasi. Untuk pergi ke Daarut Tauhiid, beliau harus beberapa kali naik turun angkot dan tetap butuh gendongan orang lain. Tapi itu semua tak menyurutkan motivasinya untuk berburu majelis ilmu. Ikhlas menjalani hidup, begitulah sosoknya. Kini Ato telah mendapatkan bidadari dunianya. Seorang akhwat shalehah dan sempurna, kini selalu mendampinginya dalam suka dan duka, bersama mengarungi samudera kehidupan. Itulah anugerah yang Allah berikan untuknya.

Satu lagi. Pasti kita semua mengenalnya, Ucok Ali Baba. Seorang entertainer yang juga cacat secara fisik, tapi memiliki istri yang sempurna.

Istri Ato dan juga istri Ucok adalah wanita-wanita luar biasa yang mampu mencintai laki-laki yang tidak sempurna dengan cara yang sangat sempurna.

Belajar menerima dan memahami, mungkin hanya itu kata-kata yang terbaik untuk saya dan juga Anda saat ini. Belajar mencintai segala sesuatu yang tak sempurna dengan sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar